Sabtu, 16 Mei 2020

Untukmu Dariku

"Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percikan hikmah. Seperti halnya fisik, hati juga merasakan letih." 
(Ali Bin Abi Thalib R.A)

Assalammualaikum Temanku 
Selamat Malam minggu semuanya ☺
Udah hampir 1 bulan ya aku gak update tulisan di blog, maaf untuk diriku sendiri, karena sudah melanggar komitmen untuk menulis di blog minimal seminggu sekali. Sebab aktivitas belajar online dan segala akibatnya membuatku tiba-tiba merasa kesulitan juga buat bagi waktu. Gimana puasanya sampai hari ini masih kuat kan? Harus kuat dong ya, pumpung masih rentang waktu malam Lailatul Qadar, jangan lupa amalan-amalan ibadahnya ditingkatin ya teman-temanku. Oke cukup aja deh prolognya nanti kepanjangan kalian bosen yang baca hehe.

Sepertinya tulisan ini bakalan random ya, gatau kenapa aku juga bingung mau menulis apa, semoga walaupun random tetap ada kebaikan yang Allah titipkan kepadaku untuk bisa menjadi moral value dalam tulisan yang masih amatir ini. Aamiin. Yang jelas tulisan ini salah 1 opini aku. Jika ada perbedaan opini, aku tetap akan menghargainya. Jadi tulisan ini ditulis bukan diwajibkan harus diamalkan oleh kalian sebagai pembaca. Cukup apa-apa yang selinier dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah saja yang kita amalkan ya. Jika berkenan dan sepemikiran silahkan diterapkan, jika tidak semoga tetap ada hal lain yang bisa diambil sebagai pembelajaran. 

Tulisan ini masih aku tulis di tempat yang sama ditemani sunyinya malam dan kenangan, asik asik. Plot twistnya tujuan aku menulis ini ingin berbagi sedikit semangat dan afirmasi positif untuk kalian yang membaca agar bertahan di tengah pandemi ini dan ikhlas menerima setiap peristiwa yang harus kita hadapi dengan mengurangi keluhan yang berlebihan. Semoga saja berhasil!

Beberapa minggu ini semua yang biasanya berjalan normal dan menyenangkan, tiba-tiba harus berjalan tetap menyenangkan dan sedikit membosankan. Contoh kecilnya seperti sistem belajar untuk para pelajar di Indonesia yang awalnya belajar tatap muka adalah favorit mereka dengan kelebihan dan kekurangannya, namun dalam beberapa waktu ini semuanya harus via online. Kuliah online melalui beberapa aplikasi, tugaspun via online, absensi online, diskusi online, dsb. Dimana menurut kebanyakan pelajar, belajar dengan sistem online tidak seefektif belajar secara konvensional. Dan aku setuju dengan statement ini. Hanya saja situasi dan kondisi saat ini adalah pengecualian, bukan hanya sistem belajar yang harus mengalah demi kebaikan dan kebermanfaatan bersama. Setiap aspek kehidupan yang lainpun juga harus mengalami invovasi dan pembaharuan kebijakan. Dan sebagai anak muda serta manusia yang masih berusaha untuk mencari ilmu, tidak sepantasnya kita menunjukkan sifat mengeluh dengan membabi buta. Bukan berarti mengeluh tidak boleh, No! Mengeluh boleh, Tapi........ mengeluhlah dengan bijaksana, mengeluhlah dengan elegan dan mengeluhlah dengan dewasa. Jika kita apalagi mahasiswa yang dipandang para pelajar lain adalah calon-calon akademisi, calon-calon ilmuan dan calon-calon orang yang berpendidikan lebih karena latar belakang kita yang menempuh proses belajar secara formal di bangku perkuliahan. Otomatis kita harus jadi contoh yang baik buat adek-adek kita yang sedang menempuh wajib belajar 12 tahun, agar kelak mereka mengingat kebaikan dan semangat yang lebih dibanding keburukan dan putus asa akan setiap ujian yang harus kita hadapi di masa itu.

Boleh aku bertanya, apa yang kalian dapat setelah mengeluh dan merutuki diri kalian sendiri dengan segala macam sumpah serapah yang secara tidak langsung hanya akan mengkerdilkan potensi luar biasa dalam diri kita? Oke aku bantu kemungkinan variasi jawaban dari pertanyaan diatas :
1. Enak ngeluh itu dah, bisa bikin plong aja. (Oke coba bandingin kalau ngeluh kita diganti curhat dan minta kekuatan sama Allah, plongan yang mana :) )
2. Ya gimana gak ngeluh dah, tugas seabrek kayak amoeba membelahnya cepet banget. Jadi ya wajar kalau kita ngeluh toh kebanyakan mahasiswa juga ngeluh. Artinya ngeluh rame-rame adalah sebuah keniscayaan. (Kalau kamu ngeluh habis itu langsung ngerjain tugasnya itu bagus, tapi kalau kamu ngeluh habis itu cuman diem aja, ya sama aja bro gaada gunanya)
3. Halah dah mbok ya santai to, gausah sepaneng-sepaneng, ngeluh wae men podo kancane kan berat sama dijinjing ringan sama dipikul.  (Kamu mau jadi motivator tapi salah memahami makna :( bukan gitu juga kalik, maksut kalimat itu harusnya untuk hal-hal yang lebih dominan mengandung kebaikan dan kebermanfaatan bukan justru buat hal-hal yang mengandung lebih banyak keburukan. Oke)
4. Ngeluh akan sistem daring yang diganti tugas tanpa ampun adalah sebuah cara yang jitu untuk menarik simpati mahasiswa lain agar mau diajak bekerja sama biar bisa tuker-tukeran jawaban dah. (Yaudah gitu aja terus, besok jangan coba-coba salahin/mengkritik pemimpin yang akhlaqnya kurang baik karena korupsi, ingkar janji, pembohong, dsb. Karena sekarang pas kamu baru tahap belajar, kamu sedang mempersiapkan dirimu menjadi mereka di masa depan! Ingat hukum karma dan hukum alam berlaku. )
5. Setelah mengeluh aku merasa bahwa passionku adalah miliknya dah. (Kamu jangan psimis dong, coba sesekali keluar lihat betapa indah Allah menciptakan setiap apa-apa yang ada di alam ini. Selalu sempurna bukan di mata kita? Begitu juga penciptaanmu di dunia adalah sempurna dibanding makhluk lainnya. Kita diciptakan dengan akal bukan tanpa alasan dan tujuan. Kalau kita tidak percaya dengan diri kita sendiri, lalu untuk apa orang lain menaruh dan mencoba percaya dengan kita? Renungkan baik-baik ya, kita semua hebat kok, apalagi dengan tidak mengeluh secara emosional pasti kita lebih hebat! ).

Mungkin inovasi jawabanku di atas lebih dari cukup untuk memotret alasan dan sebab kebanyakan pelajar apalagi mahasiswa lebih asik memperlihatkan keluhannya dibanding semangat positifnya untuk menghadapi semua peristiwa yang terjadi.

Terakhir pesan dan saranku cuman 1, jadilah hebat tanpa harus merasa nyaman dengan hal-hal umum yang tidak membuat kita berkembang lebih baik. Tidak semua hal yang dilakukan oleh kebanyakan orang adalah benar dan ideal, itu kenapa fungsi rasio dan hati harus selalu dilibatkan dalam setiap kebijaksanaan manusia untuk berperilaku di kehidupan sehari-harinya. Mengeluhlah dengan langka dan berkualitas, jangan tunjukkan keluhanmu jika itu hanya akan membuat orang lain merasa putus asa, bimbang dan takut. Tunjukan keluhanmu dengan cara-cara yang bisa membuat orang lain lebih bersemangat, percaya diri dan open minded. Jadilah pelajar yang berusaha memberikan warna lain jika kebanyakan warna hanya mencoba mengkerdikan potensi mereka. Pelangi itu cantik salah satunya karena warna-warnya yang beraneka ragam. Jika tidak bisa memberi warna lain, akan lebih bijak jangan mengikuti warna yang membuatmu diam di tempat. Hidup adalah pilihan begitu juga dengan cara pandang akan suatu peristiwa adalah pilihan. Hanya saja kebijaksanaan adalah salah 1 hal yang harus kita implementasikan.

Semangat ya! Untuk seluruh pelajar di dunia, kalian semua luar biasa! Aku bangga bisa mengenal kalian semua walaupun belum secara dalam. Semoga setelah kalian membaca opiniku ini kita semua bisa jadi pelajar yang lebih baik lagi. Karena salah 1 jihad adalah dengan menuntut ilmu, maka sayang sekali kalau proses menuntut ilmu kita nilai dengan hal-hal yang bersifat negatif. Semoga pandemi ini lekas berakhir, dan setiap bimbang akan diganti ketenangan serta setiap lelah dalam belajar akan diganti pahala oleh Allah Ta'ala. Aamiin Allahumma Aamiin.

Salam hormat dari aku
-Wahidah-